Sabtu, 08 Desember 2012

DETIK-DETIK AKHIR KEHIDUPAN


Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian

hanya kepada Rabbmulah kamu akan
dikembalikan.
Hari demi hari, bulan demi bulan, bulanpun
berganti tahun. Berpuluh tahun yang lalu, waktu
itu kita masih dalam rahim ibunda, kemudian
terlahir menjadi bayi mungil yang
menggemaskan, lalu tumbuh menjadi balita yang
lucu, dilanjutkan dengan menjadi anak-anak,
kemudian remaja dan jadilah seperti sekarang
yaitu menjadi dewasa, menjadi orang tua anak-
anaknya ataupun sudah mempunyai cucu. Karena
sunnatullah, sebuah ketetapan dari Allah
Subhanahu wa ta'ala seiring dengan berjalannya
waktu kita manusia pasti akan berubah menjadi
tua dan kemudian mati.
Begitu kira-kira gambaran sederhana tentang
siklus hidup manusia di dunia. Dalam
perjalanannya, kadang-kadang ada orang yang
melewati hidupnya sampai ia berumur seratus
tahunan lebih, 80an, 60an, atau rata-rata
manusia dapat bertahan hidup. Ada pula yang
hanya menikmati kehidupan hanya separuh abad.
Namun tak jarang pula, yang masih muda, badan
terlihat sehat dan sempurna, tidak sedikit yang
sudah meregang nyawa, tentu dengan cara dan
jalan yang berbeda-beda.
Dan banyak pula cerita
tentang bayi yang masih dalam kandungan yang
belum sempat merasakan hidup di dunia, dan
belum sempat merasakan hangat pelukan
Ibunya, dibunuh (aborsi) oleh ibunya sendiri
lantaran kehadirannya tidak dikehendaki, karena
kehamilannya buah dari hubungan yang terlarang
yang bisa membawa aib bagi diri dan
keluarganya, na'udzubillah min dzalik.

Karena ajal memang tak pernah memilih kita
sudah tua atau muda, masih panjangkah jatah
waktu kita hidup ataukah sudah habis masa untuk
berpijak di bumi ini. Dan kebanyakan dari
manusia melupakan akan datangnya kematian,
mereka lupa kalau ajal selalu mengintai di
manapun mereka berada.
Mereka terlupakan
oleh ramainya dunia, terlena dengan manisnya
syahwat, silau dengan gemerlapnya harta. Terlalu
sibuk dengan keinginan-keinginan yang belum
kita capai. Adalah baik ketika keinginan atau cita-
cita kita adalah hal yang berorientasikan akherat,
tapi kebanyakan dari kita dilenakan oleh
keinginan-keinginan yang bersifat kesenangan
semu belaka.
Sampai-sampai kita lupa bahwa kematian sudah
sampai di pelupuk mata. Semua terperdaya oleh
hingar-bingarnya dunia ini. Kebanyakan waktu
hidupnya digunakan untuk sibuk kesana-kemari
menggali, mengelola dan menumpuk harta. Dan
saat-saat ketika sakaratul maut itu datang
menghampiri barulah ia sadar betapa kehidupan
di dunia amatlah singkat, dan merataplah ia
dengan penyesalan yang sangat ketika menyadari
bahwa umurnya telah habis untuk urusan-urusan
pangkat, syahwat dan harta. Tinggallah kini
menunggu kedatangan malaikat maut dan
merasakan betapa tersiksa dan sakitnya saat
sakaratul maut. Sakit yang tak dapat dikira karena
amat terasa sakitnya.
Sebagian ulama menegaskan bahwa rasa sakit
pada sakaratul maut hanya diketahui hakikatnya
oleh orang yang sudah merasakannya. Orang
yang belum merasakannya tentu hanya bisa
mengetahuinya sekedar berdasarkan analogi
dengan berbagai rasa sakit yang pernah
dirasakan.
Rasa sakit pada sakaratul maut langsung
menghunjam ruh itu sendiri sehingga
menerobos seluruh organ-organ tubuhnya,
seluruh jaringan sarafnya, seluruh urat-urat. di
tubuhnya, bahkan juga seluruh persendian
tubuhnya, hingga merambati akar rambut dan
kulit dari atas kepala hingga ujung kaki
Jangan tanyakan rasa sakitnya. Sehingga sebagian
orang mengatakan bahwa Kematian itu lebih
menyakitkan daripada sabetan pedang, daripada
gigitan gergaji dan sayatan gunting, karena rasa
sakit akibat sabetan pedang, gigitan gergaji, dan
sejenisnya hanya dirasakan karena adanya ruh
atau nyawa. Bagaimana pula apabila yang dicabut
adalah ruh sendiri ? Orang yang ditebas pedang
masih dapat berteriak minta tolong karena masih
tersisa kekuatan dalam hati dan pada lisannya.
Akan tetapi orang yang menghadapi sakaratul
maut sudah kehilangan suara dan teriakannya,
kekuatannya sudah melemah, dan energi
tubuhnya sudah musnah. Hal ini karena musibah
sakaratul maut terkadang terlalu berat sehingga
menguasai hati dengan rasa sakit yang dahsyat
sehingga melumpuhkan seluruh anggota tubuh,
mengguncang seluruh organ tubuh, dan
melemahkan seluruh jengkal bagian tubuh,
sehingga tidak tersisa lagi kekuatan untuk
meminta pertolongan.
Bahkan, akal sekalipun telah tertutupi dan
terganggu pula karena rasa sakit sakaratul maut;
sementara lidah tiba-tiba menjadi bisu. Seluruh
anggota tubuh menjadi lemah. Orang yang
berada sakaratul maut berharap untuk dapat
beristirahat sejenak melalui erangan dan
teriakan atau melalui cara lain. Akan tetapi ia
tidak mampu melakukannya. Kalaupun masih
tersisa kekuatan, pasti saat ruh dicabut dan
diangkat dari dalam tubuh akan terdengar
gerengan dan suara kerongkongan dan dadanya.
Namun, saat itu warna tubuhnya sudah berubah
dan rasa sakit sudah menyerang seluruh
tubuhnya, bagian luar maupun bagian dalamnya.
Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik
sampai menyentuh kelopak mata, sementara
lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan
jari jemari juga menjadi kaku.
Maka, jangan ditanya lagi kondisi orang tersebut
tatkala urat-uratnya seperti tercabut satu
persatu. Masing-masing anggota tubuh kemudian
mulai menjadi mati secara bertahap. Mulanya
kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya,
kemudian kedua pahanya. Masing-masing
anggota tubuh mengalami sakaratul maut dan
mengalami musibah rasa sakit pada saat itu,
hingga nyawa sampai di kerongkongan. Pada saat
itulah pandangannya terhadap dunia dan
penghuninya mulai sirna, dan pintu tobat pun
sudah tertutup baginya. Dan tinggallah
penyesalan dan kekecewaan yang mendalam
menggelayuti dirinya.
Saudaraku tercinta, tidakkah engkau mengetahui
bahwa kunjungan malaikat maut itu adalah
sesuatu yang pasti ? telah ditakdirkan semenjak
masa azali, panjang ataupun pendek umur kita ?
Tidakkah kita menyadari bahwa kita semua hanya
musafir yang akhirnya akan sampai tujuan dan
meninggalkan perjalanannya ? Tidakkah kita
menyadari bahwa perputaran hidup ini pasti
berhenti, dan perputaran usia semakin
mendekati penghujungnya ?.
Tidakkah kita menyadari bahwa setelah
kunjungannya kita tidak akan mampu lagi
melakukan satu kebajikan sekalipun ? kita tidak
akan mampu shalat dua rokaat sekalipun ? Kita
tidak akan mampu membaca al-Qur'an satu
ayatpun ? Kita tidak akan mampu bertasbih,
bertahmid, bertahlil, atau beristighfar satu
kalipun. Kita tidak akan mampu berpuasa
seharipun, atau bersedekah meski sepeserpun.
Kita tidak akan mampu melakukan haji ataupun
umroh lagi. Waktu beramal telah berlalu, yang
tertinggal adalah hisab dan pembalasan terhadap
kebajikan atau dosa-dosa.
Rasulullah solallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
"Perbanyaklah olehmu mengingat penghancur
kenikmatan yaitu : mengingat kematian". HR.
Tirmidzi dan Nasa'i dan Ibnu Hibban
menshohihkannya.
Saudaraku...Manakah persiapan kita untuk
berjumpa dengan malaikat maut ? Manakah
persiapan kita untuk menghadapi hal-hal dahsyat
sesudah kematian ? Dalam kubur, saat ditanya
oleh dua malaikat, saat di Padang Mahsyar, saat
hisab, saat dibukanya lembaran catatan amal
perbuatan, saat meniti jembatan Ash-Shiroth,
dan saat berdiri di hadapan Allah 'Aza wa Jalla.
Di waktu yang baik, sehabis shalat, sebelum
tidur, saat mentadaburi ayat-ayat-Nya ataupun di
penghujung malam ketika kita bersimpuh pasrah
di hadapan-Nya, pernahkah terbayang seandainya
saja kita mati dalam keadaan yang buruk, mati
dalam kubangan lumpur kemaksiatan, mati
dalam keadaan su'ul khatimah, sedangkan kita
belum sempat untuk bertobat ? dan siapkah kita
menanggung azab kubur yang mengerikan ?
Na'udzubillah min dzalik...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar